Mengenal Jagoan Cilik Ade Irma Suryani Nasution

Hello good millennial, jumpa lagi di blogger joeshapictures tema hari ini yaitu perihal "Mengenal Pahlawan Cilik Ade Irma Suryani Nasution" penasaran, yuk kita baca !

Setiap kali bercerita atau mendengar kisah perihal bencana berdarah G30S/PKI, yang menewaskan tujuh jenderal terbaik di zaman itu, yang kini menjadi jagoan revolusi, kita selalu ingat perihal Ade Irma Suryani, anak dari Jenderal Besar AH Nasution.

Ia yaitu jagoan mungil nan elok milik bangsa ini yang kena peluru Cakrabirawa yang tiba hendak menangkap dan membunuh Jenderal AH Nasution. Sang bocah yang elok itu terkulai lemas dan bersimbah darah.

Mengenal Pahlawan Cilik Ade Irma Suryani Nasution Mengenal Pahlawan Cilik Ade Irma Suryani Nasution
Keluarga Jenderal AH Nasution 

Bagaimana melukiskan Kisah si Ade Irma Irma Suryani?

Bocah kecil itu terkulai lemah dengan badan berdarah-darah. Ia tak berdaya tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Ternyata, tembakan itu telah merobek punggungnya hingga peluru menembus limpa. Setelah enam hari dirawat, bocah kecil nan lucu dan sangat elok itu pun menghembuskan nafas terakhir.

"Papa...apa salah adek?" demikianlah kalimat yang tertulis di lukisan Ade Irma Suryani dengan latar belakang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution di Museum Jendral AH Nasution di Jl Teuku Umar 40 Menteng.

Ade Irma Suryani tak pernah memeroleh balasan atas pertanyaan tersebut. Ade Irma yang dikala itu gres berusia 5 tahun, meninggal akhir tertembak peluru pasukan Cakrabirawa yang merangsek masuk ke dalam rumahnya untuk menangkap sang ayah.

Namun yang jadi korban yaitu Ade Irma Suryani dan ajun AH Nasution, Letnan Satu Pierre Tendean yang diculik kemudian di Lubang Buaya. AH Nasution yang selamat dalam insiden itu melukiskan perasaannya lewat sebaris kalimat yang tertulis di nisan Ade Irma. "Anak Saja jang tertjinta. Engkau telah mendahului gugur sebagai perisai Ajahmu"

Apa yang bekerjsama terjadi dikala itu?

Yanti Nurdin Nasution, anak pertama AH Nasution, menjelaskan detik-detik mencekam tersebut. Sebagaimana dilansir laman Facebook Museum of Jenderal Besar Dr. AH. Nasution, berikut petikan kesaksiannya :

Saat itu umur aku 13 tahun, aku tidur di kamar seberang kamar ibu dan bapak Nasution, dikala terjadi ribut-ribut disertai tembakan aku terbangun kemudian aku berusaha menyelamatkan diri dengan melompat jendela samping yang tingginya 2 meter, hingga tulang kaki aku patah yang aku rasakan sakitnya hingga sekarang, paha kaki aku yang kanan penuh dengan pen penyambung tulang.

Dengan menahan rasa sakit aku cari ajun dan aku beritahu perihal tembakan di kamar bapak saya, terus aku sembunyi di kamar para ajudan. Tak berapa usang terjadi ribut-ribut di ruang jaga dan ajun pak Nas Letnan Satu Czi Pierre Tendean diculik.

Sampai pagi aku bersembunyi. Setelah hari menjelang pagi ibu aku mencari ayah aku sambil menggendong adik aku Ade Irma Suryani yang terluka terkena tembakan oleh pasukan Cakrabirawa. Saat itu ayah aku sudah melompat pagar Kedubes Irak bersembunyi di belakang tong untuk menyelamatkan diri dari penculikan dan pembunuhan.

Ibu aku membawa adik aku ke RSPAD untuk dioperasi untuk mengambil peluru yang bersarang di limpanya. Beberapa kali adik aku dioperasi. Saat menunggu operasi, aku terus menangis, adik aku bilang "kakak jangan menangis, adik sehat". Terus adik aku tanya ke ibu aku "kenapa ayah mau dibunuh mama"?

Adik aku dirawat beberapa hari di RSPAD, tanggal 6 oktober adik aku dipanggil Allah swt. Dalam hati aku bertanya : Kenapa PKI mau membunuh ayah saya. Apa salah ayah saya?. Puji syukur alhamdulillah ayah aku sanggup menyelamatkan diri atas ajuan ibu saya, namun ajun dan adik aku menjadi korban.

Kisahnya Berawal?

Para pasukan Cakrabirwa itu menggedor dan menendang pintu kamar tidur dengan kasar. Saat itu sang Jendral didampingi Ibu Nas telah menyelamatkan diri ke sisi rumah. Ade Irma yg terbangun diserahkan kepada adik Bu Nas yang berada di kamar sebelah. Pasukan Cakrabirawa dengan beringas menembaki pintu kamar tidur. Beberapa peluru menembus punggung si kecil Ade.

Bu Nas berlari menuju pesawat telepon untuk melaporkan insiden di rumahnya ke Komandan Garnisun Mayjen Umar Wirahadikusumah. Namun sambungan telepon sudah diputus. Dengan berani Bu Nas menghadapi pasukan Cakrabirawa bersenapan, yang mendesak keberadaan sang jendral. Jawab Bu Nas,"Bapak tidak di rumah, ia sudah 2 hari di Bandung.""

Sementara di ruang paviliun, sebagian pasukan Cakrabirawa lainnya menangkap Letnan Satu Pierre Tendean, yang mereka kira yaitu Jenderal AH Nasution. Setelah diculik, Pierre tewas dibunuh di Lubang Buaya."

Sementara Jenderal Tentara Nasional Indonesia Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Letnan Satu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam perjuangan pembunuhan tersebut.

Baca Juga :

Terima kasih sudah membaca semoga apa yang kita baca hari ini sanggup bermanfaat bagi kita semua, sebelum meninggalkan blogger joeshapictures sebaiknya di share dulu, apa yang kita sanggup hari ini ada baiknya bila kita membagikan pengetahuan kepada orang lain. Sampai jumpa di artikel selanjutnya . . .

Belum ada Komentar untuk "Mengenal Jagoan Cilik Ade Irma Suryani Nasution"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel